TURPANA, Explorasi Sawarna (Part 1)

Pukul 16.15 sore itu, saya sudah stand by di depan monumen Pancasila-Pondok Gede, bersama om Jati&istrinya. Kami menunggu rombongan teman-teman yang berangkat dari KBN. Selama sekitar 30 menit menunggu, rombongan yang dari KBN (Cakung)pun tiba. Tidak berlama-lama, kami langsung melanjutkan perjalanan untuk menuju Sukabumi, melalui rute kampong artis, bambu apus, Munjul dan Bogor.

Guys, sore itu adalah hari sabtu, tanggal 15 Agustus 2015. Kami mengagendakannya untuk turing Escapade menuju Pantai Sawarna, yang kami beri tajuk Turpana (Turing Pantai Sawarna). Acara ini diikuti 12 peserta escapade ditambah 2 orang tamu.

Di sekitaran daerah Lapangan Tembak. tim terpisah menjadi dua kelompok, dikarenakan adanya kemacetan yang melanda di daerah itu. Kamipun sepakat, dua tim akan bertemu kembali di depan terminal Baranang Siang (Bogor).

Pukul 19.00, kami semua sudah berkumpul kembali di depan terminal Baranang Siang, kami rehat beberapa menit, lalu melanjutkan perjalanan kembali menuju arah Ciawi-Sukabumi.


Di sekitaran jalanan Bogor menuju Ciawi, kami rehat kembali untuk makan malam, kami berhenti di warung pecel Ayam, untuk makan malam.

Ayo Guys... kita makan dulu.






makan malam guys...


Setelah dirasa cukup, kami melanjutkan kembali perjalanan menuju Sukabumi. Belum jauh melangkahkan kuda-kuda kami, rombongan kembali terpecah, yang diakibatkan ada yang berbelok ke POM Bensin. Saya, bro Boris, tante Vivi dan Om Jati (plus Istri) menjadi kelompok yang tertinggal. Selagi om Jati isi Bensin, Bro Boris dan Tante Vivi sekalian aja belanja perbekalan di Indomaret samping pom bensin, sementara saya menunggu saja di depan minimarket tersebut.

Kami melanjutkan perjalanan malam itu dan boncenger saling mengontrol keberadaan tim yang lain. Setelah banyak mengalami liku-liku dan kemacetan panjang jalan raya Bogor-Sukabumi, kami akhirnya berhasil berkumpul kembali di kilometer 18 Jln. raya Bogor-Sukabumi. Ok siip, kita lanjut lagi ya Guys, om Opik yang di depan, sebab kita akan bertamu di rumahnya.

Malam itu, kami kembali melaju dengan kecepatan sedang, beriringan menuju Cibadak dan jalur Pelabuhan Ratu. Tibalah kami di Cibadak, kami lalu berbelok ke kanan, mengarah ke Pelabuhan Ratu. Sekitar 40 menit dari Cibadak, kami tiba di rumah om Opik, kami rehat dan bermalam di rumahnya. Kami juga disuguhin kopi dan makan malam di rumahnya. Ok Guys, kita relax dulu ya, makan malam (makan malam yang ke dua he,,he,,), mandi jika ingin dan beristirahat. Malam itu, jarum jam menunjukkan pukul 00.30, kami beristirahat di rumah om Opik.




Perjalanan menuju Sawarna

Pagi-pagi sekali, kami semua sudah terbangun, untuk segera melanjutkan perjalanan, menyambut Sunrise di Sawarna, begitu maksud dan tujuannya.

Sekitar pukul 03.45 pagi, kami semua meninggalkan rumah om Opick, tidak sempat berpamitan dengan tuan rumah, kami hanya titip salam kepada om Opick. Terima kasih atas tumpangan dan jamuannya.



Subuh nan hening itu, kami melanjutkan perjalanan, menuju arah pelabuhan ratu dan Sawarna. Bro Boris yang terdepan, mengatur ritme perjalanan, dan saya sebagai sweeper di posisi paling belakang. Sepanjang jalan itu cukup sepi dan gelap, melalui dataran hutan/pegunungan, naik turun dan berkelok-kelok. Sesekali kami menemui jalanan rusak dan berlubang, musti extra hati-hati dan waspada. Sesekali kami juga berjumpa dengan pasukan turing lainnya. Kami tidak bisa tancap gas untuk berkebut-kebutan, kecepatan hanya sekitar 50-70 kmpj.

Desa demi desa kami lalui, hingga tibalah kami memasuki kota Pelabuhan ratu. Di hari yang masih gelap itu, kami memutuskan untuk terus melaju, melewati pelabuhan ratu dan pantai karang hawu. Selepas itu, kembali kami memasuki dataran tinggi, jalan pegunungan dengan beberapa tikungan curam.

Dan guys, itu di depan ada turunan curam dan berbelok ke kanan. Sangat curam. Lalu itu kenapa pada berhenti tepat di tikungan itu? Ahh, tak perlu sebetulnya. Itu gelap dan sangat berbahaya. Lihatlah, pa Endah yang berada di depan sayapun ikut berhenti. Sayangnya beliau tidak berada di dataran yang rata pada saat berhenti, kaki kirinya gagal menahan sepeda motornya, dan rubuhlah dia ke kiri, bersama boncengernya. Ayo guys kita tolongin pa Endah.

Terlihat sang boncenger meringis kesakitan. Tante Vivi rupanya punya bakat terpendam. Tanpa dikomando, tante Vivi langsung mengurut kaki istrinya pa Endah, dan sim salabim bismillah pyuh-pyuh (mungkin sambil menyembur ke arah kaki yang sakit), istri pa Endah sudah bisa berdiri dan berjalan kaki.

Ok guys, sebaiknya kita jangan berhenti di sini, terlalu berbahaya dan gelap sangat. Kita turun yuuk pelan-pelan. Dan sekitar 500 meter ke arah bawah, kita berhenti di sebuah kantin. Kita rehat dulu, sarapan, ngopi-ngopi dan mendinginkan mesin. Sementara saya ke Mushola untuk sholat subuh. Hingga matahari terbit, kita masih berada di sini. (Yahh... gagal deh menatap sunrise di Sawarna)



(bersambung)






Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. GG ESCAPADE - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Aliem Swazanazegger
Proudly powered by Blogger