TURPANA, Explorasi Sawarna (Part 3: Exotisnya Pantai Legon Pari)

(sorry guys, baru "sempet" update lagi, itupun sebab mau kesundul agenda berikutnya xixixi.....)

Ngelanjutin yang pagi itu berfoto-foto ria di pantai Tanjung Layar Sawarna yang entah mengapa pagi itu Sawarna begitu penuh sesak, selanjutnya kami cuss aja menuju pantai Legon Pari. Ngga jauh-jauh amat sih dari situ, tapi tetep kudu exit dari Sawarna yang tentu saja melalui "jembatan gantung" again. Lalu masuk ke jalan raya dan ambil kanan. Ngga jauh dari situ, ada gang masuk di sebelah kanan jalan dengan plang "Pantai Legon Pari", masuk aja kami ke gang itu. Yakni gang perkampungan yang cukup padat penduduknya, meski tidak sepadat gang-gang perkampungan di Jakarta.

Terus masuk ke dalam sekitar 1 km, hingga ketemulah jembatan itu lagi, serupa tapi tak sama, "jembatan jantung" again. Namun kali ini lebih extrim, suer guys, bayangin aja, pa Endah aja ampe nyerah lho, nyewa joki tuh dia ha..ha.., dah kayak jalur 3 in 1 aja pake joki :P.



Well.., kami smua berhasil menyeberanginya. Lanjut lagi ke arah bukit. Lho ini aneh ya? kita kan mau ke pantai? koq malah ke bukit? Lha emang bener koq bro, saya juga bingung sebenere, ini mau ke pantai apa Adventure ke gunung..?? hmm...






Ternyata emang begitu kondisinya, rupanya, pantainya tersembunyi, dibalik bukit itu lho, nah kan? itu dia pantainya, cantik bukan? begitu tenangnya dia, berada di balik bukit. Yuk guys, kita cari lapak, parkirin nih kuda-kuda kita, kita singgahi satu "spot" atau angkringan atau gubug atau apalah, kita pesan kelapa muda yuuk, sambil menikmati P a n t a i  L e g o n  P a r i.







Pas di pantai ini, acaranya bebas. Ada yang tiduran, ada yang suap-suapan (pa endah ama nyonya-nya), ada yang langsung mandi di pantai. Ipul, Ibnu, Handry langsung nyebur duluan, ngga berapa lama, aku menyusulnya, mandi di pantai. Aseli seru banget, free, alami dan unlimited. Coba yang seperti ini kita lakuin di Snow Bay or Atlantis, ratusan ribu deh, melayang. Udah gitu bau kaporit, huweekks.

Itu tante Vivi pesen Indomie ya? yaahh smua akhirnya indomie deh, sebab takada yang jualan nasi. Ga apa2 yang penting ga kelaperan. Smua kami makan indomie, plus kelapa muda fresh. Mengapa fresh? sebab langsung dipetik dari pohonnya. Tentu saja hal ini menambah kenikmatan dan kesegaran kelapa muda tersebut.

Ahh, tante Vivi malah tidur, udah kenyang, tidur deh dia, mungkin kelelahan ya ha..ha..

Aku udahan ah mandinya, asin minum air lautnya gegara diguyur ombak. yaa akhrnya Ibnu dan Handry udahan juga. Yuuk berbilas.. eittss dimana nih bilasnya? Usut punya usut, rupanya kita berbilas di Sumur guys ha..ha.. makasih ya Handry dan Ibnu dah nimbain air dan mengguyurku. Tapi.., ada yang janggal, koq ya asin juga ya airnya? Ah sudahlah memang adanya itu, mo di apain lagi.... segerrr dan asiinn... :P.

Siang itu, matahari tepat di atas ubun-ubun, alias jam 12 siang, hampir smua peserta tidur siang di hotel alam, alias di gubug yang ada. Tidak berlebihan saya sebut hotel, sebab nikmat tidur siangnya itu sungguh luar biasa, faktor kelelahan, kenyang, angin sepoi-sepoi serta suara ombak yang berderai, mampu membuat kami merasakan kesegaran jiwa dan raga.

Berpetualang di Karang Taraje

Diam-diam, di tengah tertidurnya pserta, saya dan om Jati, memilih berpetualang, yah, kami berdua mau berpetualang, ke K a r a n g T a r a j e.


Eit... itu si Ipul ngejar-ngejar, rupanya mau ikut dia, ayoo Pul saia boncengin.

Well, saya, om Jati dan Ipul memulai petualangan ini, dengan menyusuri menunggangi sepeda motor, di bibir pantai Legon Pari. Sepanjang perjalanan itu, kami sepmatkan untuk berfoto-foto di pantai. Ayoo Pull.. tolong potoin ya..??



Tibalah kami bertiga di karang Taraje, yakni sebuah karang bebatuan yang tersusun dan terpola seperti anak tangga. Jika saya menduga, mungkin ini dulunya karang-karang di dalam lautan, yang akhirnya menyembul indah keluar karena menyusutnya air laut. Itu teori saya lho ya, mohon jangan dicomplain apabila tidak tepat.






Layaknya film petualangan Indiana Jones and the Kingdom of the Crystal Skull, saya mulai meneliti karang dan bebatuan tersebut. Benar saja, saya menemukan tengkorak, namun bukannya Tengkorak Crystal yang kami temukan seperti cerita pada film tersebut, melainkan tengkorak kepiting. Alias kepiting mati yang sudah kering ha..ha.. :D.

Banyak kepitingnya di sini, "bulu babi" juga ada tapi keren bener deh, asli ngga nyesel saya meninggalkan orang-orang yang pada tertidur pulas di sana, untuk berpetualang di sini.

Ngga jauh dari karang Karang Taraje, ada sebuah gua, namun kami tidak tau gua apakah itu? yang pasti gelap dan berlobang. Saya coba ucapkan salam, tidak ada yang menyahut. Ah sudahlah, mungkin penghuninya lagi pada tidur. Kami tinggalkan gua itu, lalu ketemulah sebongkah batu di jalan, sebab menghalangi jalan, kami coba angkat batu itu, bersama om Jati. Ah berat juga ya om batunya, sudahlah, kita biarkan saja batu itu.







Sudah puas ya berpetualang di sini, kita ke base camp yuukk, kita tengok lagi temen-temen kita yang tadi pada tidur.



Menyusuri rute yang sama, yakni melalui bibir pantai, kami kembali lagi, ke "istana" legon pari. Kulihat tante vivi dan boris sudah terbangun dari tidurnya. Kini, merekapun akhirnya berpetualang, ke karang taraje, bersama pa endah dan juga Aldi. Sementara santai sejenak, sambil menunggu mereka yang lagi berpetualang ke Karang Taraje.



Matahari mulai bergeser ke barat, pertanda hari sudah mulai sore. Kami sudah berkumpul semua,
kami putuskan untuk meninggalkan pantai Lagon Pari. Rencananya mau menuju Gua Lalay. sesuai schedule yang telah dibuat.

Setelah melakukan pembayaran ke warung, kita semua berkemas, menyiapkan segala sesuatunya, lalu ritual terakhir adalah foto-foto. Dan pelan-pelang kita naik bukit lagi, meninggalkan pantai Legon pari nan exsotis. Good By Legon pari.

Melalui rute yang sama, kami keluar area tersebut, hingga ketemulah jalan raya. Kami ambil kanan untuk menuju Goa Lalay.

Singkat cerita, kami tiba di lokasi Gua Lalay, bukannya langsung tertarik untuk membeli tiket masuk, kami malah mencari nasi, kelaperan semua ha..ha.. Dan.. mungkin sudah ditakdirkan, kami tidak menemukan satu warungpun yang jualan nasi. Semua Indomie huh, paporit bener Indomie di sini ya????

Ok guys, kita cancel aja dah gua Lalay, selain faktor karena kesorean. kita juga takut pingsan di dalam goa sebab kelaperan ha..ha.. kita keluar lagi yuukk??? ngapain? ca r i w a r u n g n a s i. Titik.

Gas lagi, ke jalan raya lagi, menuju arah ke sawarna lagi. Dan alhamdulillahhh itu dia warungnyaaa serbuuu...





Sore itu, kami semua menyantap nasi, seperti orang yang sudah 7 hari tidak makan, entahlah, laper banget, mandi di pantai dan berpetualangan di karang taraje rupanya sangat menguras energi. Tentu saja, hal ini akan kami jadi pelajaran berharga, untuk kedepannya. agar memperhatikan masalah ini. Kelaparan, tentu saja akan mengurangi kredit point kepuasan meter.

Usai makan sore, kami sepakat pulang saja. Udah sore, jam 17.00 lewat. Kami lanjutkan perjalanan pulang. mengarah ke pelabuhan ratu-cibadak-sukabumi. Sepanjang jalan itu, kami rehat di Pantai Karang hawu, ngopi-ngopi dan duduk santai sambil mendengarkan deru ombak. Setelah di rasa cukup kami lanjutkan perjalanan pulang. Di sini, Rizki dan Ipul meminta ijin untuk cuss duluan, mereka mau ke Bandung, jadi misah di sini. Oke bro, hati-hati di jalan ya?

Judulnya kami langsung pulang saja, dan seperti biasa, saya terposisikan jadi sweeper di belakang. Di sini terjadi hal di luar dugaan, saya dan pa endah malah tertinggal rombongan, kami tertinggal dan akhirnya mengambil rute di hutan citarik yang sangat gelap gulita dan mencekam. Ah sudahlah, lanjut saja pa endah, saya tau inipun mengarah ke sukabumi. Benar saja, di tengah perjalanan itu, kami sepakat dengan rombongan di depan untuk ketemu saja di pertigaan cikidang. Saya dan pa endah tiba duluan di cikidang, lalu tiba juga rombongan berikutnya. Kami terus melaju, mengarah ke kota Bogor. Di perjalanan ini, saya menggaris bawahi, betapa kurang nyamannya rute sukabumi-Bogor, yang meskipun tengah malam, kemacetannya bikin greget, sebab adanya perbaikan jembatan, jalur seperti ini jelas tidak direkomendasikan lagi untuk traveling berikutnya. Sebab kitapun tahu, Turing, tidak saja tentang tujuan, melainkan perjalanannya, harus nikmat.

Tiba di Bogor, kami rehat lagi, makan nasgor, sebagian sate padang. Di pertemuan ini sekaligus untuk melepas semua perseta, tidak lagi konvoi, namun dipersilahkan jalan sendiri-sendiri menuju rumah masing. Namun harus tetap berhati-hati.

Setalah semua berpamitan dan bersalaman, semua langsung meluncur ke arah jakarta dan bekasi. Sampai di sini, saya bawa motornya sambil merem. Nguantukkk.. auto pilot inimah. Namun alhamdulillah, saya tiba di rumah dengan selamat, kira-kira jam 01.30 dini hari.

Sampai berjumpa lagi pada edisi turing selanjutnya.

Travel is more than the seeing of sights; it is a change that goes on, deep and permanent, in the ideas of living. – Miriam Beard

Salam Escapade!















Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. GG ESCAPADE - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Aliem Swazanazegger
Proudly powered by Blogger