DIENG PLATEAU, Sebuah Perjalanan Impian (2)

Adzan Subuh berkumandang di Masjid AlFairuz, saya bergegas mandi, berwudhu dan Sholat subuh berjamaah. Selesai sholat subuh, hari masih terlihat sangat pagi. Sebab jadwal adzan subuh saat itu adalah sekitar pukul 04.00. Dan meski masih sangat pagi, rasanya tanggung juga kalo harus tidur lagi. Kami ngobrol aja di parkiran sekitaran mobil kami, sementara sebagian lainya masih betah di warung kopi.

Di sela obrolan pagi itu, Alhamdulillah sekali ada mas Menggono datang menghampiri kami, maksudnya mas-mas penjual nasi Menggono, nasi ciri khas Pekalongan. Tidak perlu repot-repot mencarinya, malah datang sendiri he.. he.. (rejeki anak soleh).





Yuk guys kita sarapan..., eits.. bang Rano habis berapa bungkus tuh ha..ha..

Matahari sudah mulai nampak dan jarum jam menunjukkan pukul 05.30. Kami berkemas lalu beriringan meninggalkan masjid AlFairus Pekalongan, untuk menuju Batang lalu ke arah kanan menuju Dieng. Dan disini, posisi saya sebagai driver Datsun digantikan oleh Widhi, sebab saya terposisikan sebagai navigator (penunjuk jalan) sembari terkantuk-kantuk.

Kami sudah memasuki Batang lalu berbelok ke kanan, kami mampir di POM Bensin yang kami temui di situ, dan semuanya isi bensin full tank, sebab kami akan melalui jalur yang cukup extrim dengan banyak tanjakan menantang.

Benar saja, selepas dari Pom Bensin itu, jalan yang kami lalui semakin menanjak dan berkelok-kelok. Sisi indahnya juga ada, yakni pemandangan alam yang aduhai. Kami melalui hutan kanopi dan juga kebon teh, rindang pepohanannya dan sejuk sekali udaranya, buka saja kaca mobil, AC mobil tidaklah perlu.

Tiba di kebon teh, kami berhenti saja, menikmati alam, dan juga mejalankan ritual wajib, foto-fotooo.....






Melanjutkan Perjalanan Menuju Dieng

Setelah cukup melakukan ritual foto, perjalanan menuju Dieng kami lanjutkan. Belum banyak berubah di sini, kondisi jalan masih sama, naik tinggi, berkelok-kelok, tikungan ngagetin, terkadang off road dan lain sebagainya. Bisa dibilang, kebon teh itu masih berada di kaki gunung, dan Dieng adalah gunung sesungguhnya, yang menurut penduduk di sekitar kebon teh, butuh waktu sekitar 2 jam perjalanan lagi, untuk tiba di Dieng. Waw.. luar biasa tantangannya.

Terposisikan di depan sebagai penunjuk jalan, saya membawa Datsun cukup lancar, melibas segala medan. Di posisi ke dua, APV kebopun tak kalah tangguh. Sebagai satu-satunya armada diantara kami dengan roda penggerak di bagian belakang sendiri, rasanya cukup mudah bagi APV kebo melibas jalan seperti itu, tak banyak kesulitan. Wusshhh...

30 menit lebih perjalanan dari kebon teh, yang nampak melalui kaca spion hanyalah APV kebo, sementara dua armada lagi yakni Calya dan CRV tak nampak, komunikasi via HPpun tak bisa, lantaran tak ada signal di sekitar hutan. Kondisi jalan seperti itu memang sulit untuk berjalan pelan, lantaran butuh "kuda-kuda" untuk tiba-tiba berbelok tajam dan naik extrim, sehingga cukup sulit untuk kendaraan saling menempel satu sama lain.
Ah.., ini sih pasti ada sesuatu hal. Saya memutuskan menepi dipinggir jalan, di atas ketinggian entah berapa mdpl, dengan udara yang sangat sejuk, meski matahari cukup bersinar.

Datsun dan APV menepi, saya matikan mesin, lalu turun berjalan kaki sendirian, mencari tau apa yang sedang terjadi dengan dua armada lainnya di bawah sana.

Cukup jauh saya berjalan kaki, 1km lebih rasanya, dan bertemulah saya dengan CRVnya bang Rano. Benar dugaanku, ada suatu hal pada mereka, Calya dan CRV selip di tanjakan, di jalanan hutan kanopi, yang cukup rimbun.




Beruntung semua itu bisa teratasi. CRV dan Calya sudah bisa melanjutkan perjalanan. Di sini saya menumpang CRV untuk kembali ke tempat Datsun dan APV yang menunggu di atas sana. Terima kasih om Rano atas tumpangannya..

Sementara di sisi lain di atas sana, beberapa peserta yang tengah menunggu Calya dan CRV, memilih berfoto-foto




Sejurus kemudian, semua armada sudah berkumpul kembali, langsung saja kami melanjutkan perjalanan ke arah Dieng. Guys, ini semua belum final, saya dengar, puncak dari ujian kita nanti adalah berada di Desa Gerlang, sebuah desa dengan tanjakan yang cukup panjang, serta dengan kondisi jalan yang hampir mirip sungai kering, alias jalan dengan bebatuan cukup besar. Konon, banyak mobil yang menyerah di tanjakan ini.

Terus berjalan beriringan dengan menjaga jarak aman, tibalah kami di desa Gerlang, saya tau itu adalah desa Gerlang, sebab sebelum berangkat, saya sudah mempelajarinya melalui google street. Cukup sulit medan ini, berada di tanjakan panjang, kecepatanpun harus minim, sebab jalanan bebatuan. Dan benar saja, di tanjakan itu, Datsun menyerah, gigi satupun tak sanggup melibasnya. Mesin mati, lampu hazard (tanda darurat) saya aktifkan. Tak boleh panic dan bismillah, akhirnya saya bisa mengatasinya, Datsun mampu berjalan lagi melewati rintangan. Sementara dengan armada yang lain, saya kurang tau sejauh mana perjuangan mereka, sebab jarak antar armada memang terpaut cukup jauh.

Setelah semua sukses menaklukkan desa Gerlang, kami langsung bertemu dengan jalanan yang mulus, aspalnya masih baru sepertinya, di sini sudah masuk wilayah desa Batur, sebuah desa yang merupakan gerbang masuk Dieng Plateau, melalui jalur Batang ataupun Kajen. Nuansa pegunungan belum habis, di sini panoramanya menjadi berbeda, yakni hamparan pertanian tembakau yang tersusun rapi dan memanjakan mata. Kami menikmatinya.

Meski sudah masuk desa Batur, nyatanya kami masih harus "mendaki" ke Dieng, ga kalah extrim tanjakannya, namun bedanya kondisi jalan sudah relative mulus, sehingga tidak terlalu sulit mengatasinya. Lucu sekali pemandangan di sini, sebuah desa yang relative rapi berada di dataran tinggi. Di selingi dengan hamparan pertanian tembakau dan kentang tersusun rapi, serta bukit-bukit yang gagah seolah sedang melindungi dan mengayomi seluruh yang ada di sekelilingnya. Rasanya, kami sedang berada di negeri para kurcaci.

Oups, tersadar dari khayalan, saya mulai melihat kenyataan. Kami memasuki daerah yang mulai agak padat dan mulai rame. Ah, ini pasti Dieng, dan benar kami sudah tiba di Dieng kawans, oke, kita segera menemui sang tuan rumah, ialah mas Nur, seorang agensi yang kami sewa saat itu. Maklum, kami belum pernah ke Dieng, jadi menggunakan jasa agensi saja.

Sementara kendaraan masih terus melaju, terlihat tante Vivi terus berkomunikasi dengan mas Nur, menentukan di tempat mana kami akan dijemput. Dan di sepakati, kita akan bertemu di sebuah pertigaan Dieng. Ah.. Alhamdulillah, sampai juga kita di Dieng..

Dan, beginilah rute yang telah kami lalui dari Jakarta menuju Dieng













Share this article :
 

+ komentar + 1 komentar

12 Desember 2018 pukul 00.21

PENGAKUANG DARI IBU HASNA DI MALAYSIA
Asslamualaikum....
saya hanya sebagai perantara untuk menyampaikan tentang dana ghaib diperoleh melalui media doa-doa dzikir khusus bersama anak-anak yatim/piatu dan muda/mudi pesantren sehingga jauh dari hal-hal klenik/mistik yang tentunya dilarang oleh Agama.
PROGRAM PENARIKAN DANA GHOIB 1/2 HARI CAIR
Tingkat 1 = Untuk Hasil 500 Juta
Tingkat 2 = Untuk Hasil 1 Milyar
Tingkat 3 = Untuk Hasil 2 Milyar
Tingkat 4 = Untuk Hasil 3 Milyar
Tingkat 5 = Untuk Hasil 4 Milyar
Tingkat 6 = Untuk Hasil 5 Milyar
Tingkat 7 = Untuk Hasil 6 Milyar
Tingkat 8 = Untuk Hasil 7 Milyar
insyallah akan sukses jika anda mau mengambil keputusan untuk mengikuti program ini. ingat bahwa kita yang menjalakan tapi allah yang akan menentukan hasilnya.
JIKA ANDA BERMINAT, YAKIN DAN PERCAYA INSYA ALLAH AKAN BERHASIL, SAYA SENDIRI SUDAH BUKTIKAN ALHAMDULILLAH BERHASIL. JIKA ANDA BERMINAT SILAHKAN MBAH SORE - 085-256-133-981-Terima Kasih KTIK HTTP BLOG MBAH APA BILAH BERMINAT BERKUNJUNG - https://orangkamparsunaipadi.blogspot.com

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. GG ESCAPADE - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Aliem Swazanazegger
Proudly powered by Blogger