TURLAKI, Turing Lampung-Kiluan (Bagian 2)

Yaps, smua telah standby di atas motornya, menunggu dibukanya gerbang kapal. Rasanya seperti menunggu aba-aba start dalam sebuah arena balapan. Dan.., dibukalah gerbang itu secara perlahan, terbuka sempurna. Style bernuansa gahar di atas motor, berbanding terbalik, ketika kami harus keluar kapal dengan berhati-hati, meniti jembatan penyeberangan yang agak licin dan bergerigi. Ah, kupikir bisa tancap gas guys...

Entah apa yg ada dibenakku ketika itu, lupa lagi kan ngga ngeliat kapalnya, begitu keluar gerbang, langsung aja ngacir dan lupa ama yg di belakang, mungkin karena baru merasakan suasana udara sana, jadi menjadi sedikit kalap. Kami mengarah ke kiri, menuju pelabuhan Panjang lalu Teluk Kiluan. Bujel masih di depan, target kami adalah mencari tempat sarapan pagi dengan menu yang agak berbeda (manja dikit klo lagi turing). Jalanan di Lampung tak seramai di pulau Jawa, kami terus melaju ke arah barat, dan sekitar 3 kilometer, kami masuk ke sebuah pom bensin di sisi kiri jalan, sebagian ada yang isi bensin dan setelah itu kita langsung saja menepi, di sebuah kantin di kawasan pom bensin itu. Kami sarapan pagi, nasi uduk Lampung (sama aja padahal). Selamat menikmati guys.




Santai sejenak ya guys, sebatang-dua batang dulu.

Setelah dirasa cukup beristirahatnya, perjalanan ke arah barat kami lanjutkan, kami akan singgah di Pelabuhan Panjang, untuk memeriksa jadwal keberangkatan kapal ro-ro pada hari Sabtu besok.
Kali ini saya mempunyai boncenger, bang Rano pindah menjadi boncenger saya, setelah sebelumnya bersama Galuh.

Pukul 07.00 pagi itu, kami melanjutkan perjalanan, beriringan ke arah barat, tuk menuju pelabuhan panjang dan juga teluk kiluan. Kondisi jalan di daerah itu tak seramai di Jawa, namun sarat dengan mobil-mobil besar. Truk-truk besar cukup mendominasi, sementara angkutan umum nyaris tak terlihat. Mobil pribadi juga tidak terlampau banyak. Aspalnya cukup variatif, untuk standar truk besar sih bisa dibilang mulus, tapi standar motor, itu jauh dari kondisi ideal untuk sebuah trek turing motor.  Ya kita nikmatin saja, tetap fokus dan berhari-hati. Tentang pemandangan sekitar, masih banyak alam liar, perbukitan dan juga kebon-kebon. Mungkin karena itu bukanlah jalanan di kota, jadi ya begitulah pemandangannya.




Duh, saia mulai ngantuk euy, efek kurang istirahat semalam, perut kenyang dan udara Lampung yang semriwing, membuat mataku kian manja, berulang kali aku geleng2kan kepala berharap mata ini segar, namun itu tak terlalu berdampak, aku mulai tertinggal dari rombongan lantaran ngantuk berat, dan hanya ada Rizki+Hartini yang setia di belakang Bakung.

Well, saia menyerah, menepi di pinggir jalan, persis di depan gerbang Bandar Lampung. Bang Rano saya tunjuk sebagai rider Bakung, mau ngga mau harus mau (maksa.com) saia memilih duduk manja saja sebagai boncenger, sambil merem2 dikit (ngantuk).




Dan tibalah kami di wilayah Panjang, lalu bertanya ke warga sana, dimanakah Pelabuhan Panjang berada? oh tidak jauh rupanya, tidak sampai 1 kilometer, di sisi kiri jalan raya. Kami mengikuti petunjuk itu, dan tibalah kami di depan gerbang pelabuhan panjang, kami masuk ke dalam, ke tempat penjualan tiket kapal dan menanyakan jam berapa saja untuk keberangkatan kapal ke tanjung priok. Setelah mendapatkan jawaban, kami rehat sejenak, sebatang-dua batang ya guys...




Pagi itu, jam menunjukkan pukul 09.00, kami sudah tiba di pelabuhan Panjang, setelah cek tiket dan rehat sejenak, kami melanjutkan perjalanan ke arah barat, teluk Kiluan, semoga saja kami bisa di sana sebelum waktu sholat Jumat.

Kali ini saya (dan Bang Rano) menempati posisi terdepan, sebab saya sudah mengerti rute ke arah sana (setidaknya saya sudah mempelajarinya via google street). Jalan Yos Sudarso pagi itu mulai rame, sepertinya ini jalan utama. Kami terus melaju, beriringan ke arah Teluk Kiluan. Sewaktu di Bandar Lampung, tidak ada satupun saya melihat tanda yang mengarahkan ke Kiluan. Yang ada adalah tanda yang mengarah ke Padang Cermin, ini bisa kita ikutin hingga berpuluh kilo ke depan, hingga ketemu tanda yang mengarah ke Teluk Kiluan.

Kami melewati beberapa spot pantai yang sebetulnya cukup terkenal, di antaranya pantai Klara, dan juga beberapa dermaga penyeberangan ke Pulau Pahawang. Ya, kami hanya melewatinya saja, sebab tujuan utama kami adalah ke Kiluan, adapun pantai-pantai yang lain saya anggap bonus saja apabila masih ada kesempatan hari berikutnya.









Terik mentari semakin terasa, ah mata mulai manja, pun juga rasanya ingin sekali minum, kami rehat sejenak di sebuah Indomaret, tepatnya di desa Kecapi, menurut mbak kasir indomaret, perjalanan ke Kiluan masih sekitar 1,5-2 jam lagi, huftt...






Yuk guys kita jalan lagi, kita kejar sholat Jumat di Kiluan.

Pelan-pelan, kami meninggalkan Indomart itu, kami melanjutkan perjalanan ke arah Padang Cermin/Kiluan. Desa demi desa kami lalui, hingga tibalah kami di sebuah pertigaan. Di pertigaan itu, kami sudah mendapati papan penunjuk Kiluan, yakni ambil belok kiri dan masih 32km lagi. Adapun yang ke kanan adalah arah Padang Cermin, di sini kita tidak lagi mengambil arah ke Padang Cermin.



Setelah berbelok kiri, kami mendapati kondisi aspal semakin buruk, banyak sekali lobang dan jalan rusak sehingga kami tidak lagi bisa ngebut, kami memasuki pangkalan Marinir (Brigif 3), dan masih lanjut ke arah Kiluan, desa demi desa kami lalui, hingga kami mendapati bentuk rumah-rumah tradisional, yakni seperti panggung, unik sekali bentuk rumahnya. Cuaca saat itu gerimis, namun saya putuskan terus berjalan saja sebab saya melihat langit di depan sana terang, gerimisnya tidak merata.

Tibalah kami di sebuah pertigaan lagi, dan mendapati arah Teluk Kiluan 7 km lagi ke arah kanan, alhamdulillah target kita sepertinya tercapai untuk bisa sholat jumat di sana, sebab saat itu masih pukul 11.00 dan jarak hanya tinggal 7 kilometer lagi. 

Di 2 km pertama setelah belok kanan, jalanan yang kami lalui masih relaatif bagus, namun setelah itu (sekitar 5km terakhir), jalanan menjadi off road, betul-betul tidak ada aspalnya, dan hanya jalanan bebatuan yang terus menanjak. Kami tak lagi bisa beriringan, sebab kali ini harus mengandalkan skill ridernya, di samping jenis motor juga berperan. Bang Rano yang saya daulat membawa Bakung, terus bisa melaju naek di jalanan bebatuan itu, sementara beberapa rider seperti Njum (Boris+Tante Vivi) dan juga Bujel (Handry+Rahma) jauh tak terlihat, mungkin mereka kerepotan dengan jenis motornya, tetapi kami yang di atas, sesekali juga berhenti untuk menunggu yang lainnya. Jalanan ini sungguh merepotkan, sayapun beberapa kali harus turun dari motor, jalanan ini mengingatkanku pada jalanan saat turing di Parigi-Sukabumi.

Ah, kulihat pa Endah sedang beracting di bawah sana, dia terjungkal, rubuh bersama motornya. Seketika aku turun dari motor, bermaksud menghampirinya dan menolongnya. Namun baru beberapa langkah, pak Endah sudah bisa berdiri dan melanjutkan perjalanan. Kami berhenti sejenak, sembari menunggu peserta lain yang masih di belakang. Setelah semua perserta lengkap, kami melanjutkan perjalananan menanjak itu. Bujug ini tanjakan terjal seperti tidak ada habis-habisnya, bahkan ketika kami sudah berada di jalanan agak datar, serasa tak percaya, tanjakan sangat extrim sudah menanti di depan kita, betul2 extrim, bahkan nyaris tidak percaya bahwa kita akan melaluinya, ah sudahlah, ini tantangan kita, resiko kita, mau ngga mau kita tetap harus menaklukkannya.

Dan baru beberapa meter di jalanan datar itu, kami mendapati jalanan menjadi menurun, sedikit berbelok ke kanan, dan luar biasa! itu gerbang Kiluan sudah terlihat ada di sebelah kiri guys, Alhamdulillah kita tidak jadi menanjak gila, kita sudah tiba di Kiluaannn...!!!! Horee...!!






Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. GG ESCAPADE - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Aliem Swazanazegger
Proudly powered by Blogger